Selasa, 11 Oktober 2011

Ada apa dengan "Erlajang"

Erlajang menjadi fenomena yang populer bagi hampir seluruh masyarakat daerah. Orang Batak, Padang, dan masih banyak etnis lagi bahkan mempunyai tradisi seperti ini yang sangat kental. Ketika seseorang sudah masuk ke umur dewasa, maka seseorang itu akan pergi meninggalkan tanah kelahirannya menuju kota yang dianggap lebih banyak pilihan, kesempatan untuk mengadu nasib. Erlajang sendiri dari jaman ke jaman, berbeda bentuk dan ceritanya. Kalau dulu mungkin erlajang menuju kota kebanyakan untuk bekerja, sekarang mungkin lebih banyak untuk belajar, melanjutkan studi meski yang erlajang dengan tujuan bekerja tetap masih ada. Erlajang, bahasa Karo dari merantau.


Budaya erlajang ini ada dengan banyak cerita, dan terus penuh dinamika. Kalau ditanya mengapa erlajang, banyak alasan dan pertimbangan sesuai dengan waktu dan kondisinya. Harapan yang membawa anak-anak muda ke kota dan "tekanan" dari kuta memantapkan hati untuk erlajang.


Masalah - menurut banyak orang - tidak meratanya "harapan" di tempat-tempat di Nusantara lebih asik dibicarakan di ruang yang lain. Memandang erlajang sebagai "teks" yang akan ditelaah, memang menarik, seperti menariknya cerita kehidupan.


Di tempat perlajangan apa yang dilakukan? Apa bedanya dengan yang dilakukan di kuta, jika tidak erlajang?


Mencoba memandang sebagai orang yang memandang budaya erlajang ini dari luar, erlajangnya berhasil hanya jika dia kerja keras dengan ibu kota berserta isinya. Jika dibalik, apakah sama berhasilnya dengan Ibu kota yang mantap tapi tidak bekerja mantap?


Orang yang erlajang mengadu nasib, bekerja mati-matian, banting tulang, menahan rindu. Di kota mempertaruhkan semuanya, ditambah lagi prinsip mela mulih adi la rulih yang berarti sangat memalukan bila pulang tanpa hasil. Erlajang dihiasi penuh perjuangan, seolah tak akan ada lagi kesempatan kalau tidak sekarang, bahkan pilihannya seperti hidup atau mati.


Bertaruh di meja judi partai besar memberi kemungkinan lebih besar. Kemungkinan menang, sekaligus kemungkinan kalah. Tak seutuhnya seperti meja judi, erlajang menjadi sama saja dengan tinggal di tempat semula, dengan usaha sama.


Pemain baru dan berpengaruh dalam dunia bernama teknologi memberikan kesempatan sama untuk berusaha. Sudah banyak cerita walau di daerah biasa, tapi dengan usaha luar biasa, membuktikan ngian kuta tidak lebih buruk daripada erlajang.


Bila masalah tidak meratanya kesempatan menjadikan orang berbondong-bondong erlajang maka, erlajang semakin menguatkan masalah tersebut. Erlajang dengan tumpukan harapan yang menggiurkan akan semakin membuat kuta tertinggal. Masalah untuk mengatasi masalah.




Kesempatan, harapan yang dimangsa setiap hari. Bersama-sama dirajut dengan desain mimpi. Erlajang hanya nama, itu cuma usaha yang bukan mustahil dilakukan di kuta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar